Abu Umamah menjawab, “Aku sedang sedih dan gundah karena banyak utang.”
Rasulullah, “Maukah aku ajarkan beberapa kalimat (doa) yang jika engkau ucapkan, Allah akan menghapuskan kesedihanmu dan melunasi utang-utangmu?”
Abu Umamah, “Tentu mau, wahai Rasulullah.”
Rasululllah, “Setiap pagi dan sore, ucapkanlah,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
‘Ya Allah, aku berlinding kepada-Mu dari perasan sedih dan gundah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan bakhil, serta aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang lain (semacam debt collector).’”
Abu Umamah berkata, “Aku lantas melakukan apa yang diajarkan Rasulullah kepadaku, kemudian Allah menghapus kesedihan dan kegundahan dari hatiku serta melunasi utang-utangku.” (HR. Abu Daud. Banyak perawi lain meriwayatkan hadis ini dengan redaksi yang sedikit berbeda, namun substansinya sama).
“Luar biasa!” Itulah kata pertama yang terucap dalam hati saya ketika dalam hadis ini saya menemukan sesuatu yang sangat rasional dan relevan bagi keh
Hadis-hadis macam ini sering menjadi sumber kesalahpahaman orang dalam memahami arti dan fungsi doa dalam keh
Ada juga orang yang berpandangan ambigu: satu sisi dia percaya bahwa doa akan menyelesaikan problem yang dihadapi, di sisi lain dia juga percaya bahwa untuk menyelesaikan problem orang harus berusaha sekuat tenaga. Ambiguitas (sikap mendua) macam ini begitu menyebar dalam pikiran mempengaruhi ambang bawah sadar, dan kita cenderung menghindar menyelesaikannya secara filosofis. Pertanyaan paling mendasar dalam hal ini adalah jika kita percaya bahwa doa akan menyelesaikan problem yang kita hadapi, mengapa kita harus berusaha? Atau, jika kita percaya bahwa usahalah yang menyelesaikan problem, mengapa harus berdoa?
Meng-iya-kan pertanyan pertama (doa menyelesaikan berbagai problem) melahirkan fatalisme (jabariyah), sedang meng-iya-kan jawaban kedua (usaha tak perlu doa) melahirkan materialisme-sekularistik (mâdiyah-elmaniyah). Fatalisme adalah pandangan atau keyakinan bahwa segala sesuatu berada dalam kekuasaan Allah. Manusia sama sekali t
Contoh Polan dan Sugali diperlakukan secara diametrical opposite karena orang cenderung lupa dan mengabaikan bahwa kasus Polan dan Sugali t
Selanjutanya adalah materialisme-sekularistik (mâdiyah-elmaniyah) yang sering dianggap sebagai dampak negatif dari pemikiran “anti-doa”. Stigmatisasi (tuduhan negatif) terhadap paham materialisme-sekularistik terjadi karena paham ini selalu dikaitkan dengan kesadaran “anti Tuhan”: t
Kembali pada sesuatu yang luar biasa yang saya temukan dalam hadis di atas. Mari kita amati redaksi hadis di atas. Pertama, Abu Umamah diajarkan untuk memohon perlindungan dari kesedihan dan kegudahan (psikologis). Kedua ia diajarkan untuk memohon perlindungan dari kelemahan dan kemalasan (mental). Ketiga, ia diajarkan untuk memohon perlindungan dari sifat pengecut dan bakhil (sikap sosial). Keempat, ia diajarkan untuk memohon perlindungan dari utang dan tekanan orang lain (sosial-politik).
Dalam teori motivasi apa pun, yang menjadi sasaran pertama dan utama untuk diperbaiki dalam rangka mengubah kondisi sosial seseorang atau satu masyarakat adalah sesuatu yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan. Sedih dan gundah adalah kondisi kejiwaan negatif yang menjadi penghalang orang untuk bangkit melawan mental yang lemah dan malas. Orang yang sedang sedih dan gundah pasti memiliki sikap mental yang lemah dan malas. Sebaliknya, hati yang ceria akan mendorong orang untuk menjadi bermental kuat dan semangat.
Ketika suasana jiwa sudah ceria, mental menguat dan semangat, di hadapan kita ada lagi dinding penghalang menuju kebangkitan, yaitu sikap pengecut dan bakhil. Dalam dunia bisnis, sikap pengecut membuat orang t
Melawan sikap pengecut bukan berarti harus bertindak atau mengambil keputusan tanpa pertimbangan obyektif. Justru, sikap pengecut itu adalah ket
Jiwa ceria, mental kuat dan semangat, serta sikap berani harus dilengkapi dengan sikap murah hati (t
Ketika orang-orang di sekitar kita sudah memberikan rasa hormat dan kesetiaan pada kita, maka rencana apa pun yang kita inginkan untuk mereka kerjakan pasti akan dilaksanakan dengan baik. Sampai di sini, dalam dunia bisnis kita sudah berada di ambang kesuksesan. Namun, masih ada satu lagi yang menghalangi orang untuk sukses, yaitu lilitan utang dan tekanan orang lain. Dua hal ini berhubungan sangat erat dalam dunia bisnis. Jika saya dililit utang, saya akan ditekan oleh orang yang memberikan piutang kepada saya. Apa artinya perusahaan besar yang dibangun di atas lilitan utang?
Utang adalah hal biasa dalam dunia bisnis. Hampir t
Yang diajarkan oleh Nabi kepada Abu Umamah adalah berlindung dari lilitan utang (ghalabah al-dayn). Lilitan utang adalah utang yang t
Kesimpulannya, hadis di atas mengajarkan kepada kita bahwa syarat kesuksesan adalah jiwa yang ceria, mental yang kuat dan semangat, sikap berani dan murah hati, serta bebas dari lilitan utang dan tekanan orang lain. Saya t
Tidak ada komentar:
Posting Komentar