Sesudah nyantri 25 tahun dan diajari ngaji dan ngaji melulu, sang Kyai berkata kepadanya, " Sudahlah, sekarang kamu pulang ke desamu dan bikin pesantren "
Lelaki ndeso itu kaget ..." Lho ! bikin pesantren gimana ? Saya ndak bisa apa-apa", katanya.
Bikin pesantren itu
"Pokoknya pulang dah, bikin pesantren ", perintah sang kiayi.
Ia pulang, dan tak bikin apa-apa. Bengong saja, di rumahnya yang buruk berlantai tanah, kerja di sawah dan di kebun.
Setahun kemudian ia memperoleh warisan hampir 10 juta rupiah. Habis dalam waktu beberapa hari saja. Padahal di rumahnya tak ada perubahan apa-apa. Orang sedesa bingung, untuk apa saja itu duwit ?
Ternyata ada seorang yang sedang pailit besar, dan si 'ndeso' itu memberikan seluruh jutaan uangnya untuk menolong Pak Pailit. Ia sendiri tetap melarat.
Pak Pailit inilah yang pertama-tama melihat lelaki itu sebagai seorang yang punya watak dan mutu Kiyai, ia berkata kepada setiap anak muda, " Bergurulah kesana ".
Mereka pun berdatangan kesana untuk nyantri. " Nyantri gimana ? Saya bukan Kiai.
Saya tak bisa apa-apa ", jawab sang Ndeso. Tapi anak-anak muda itu 'ngeyel' mau ikut dia. "Baiklah", ia berkata akhirnya.
" Ikutlah saya kerja di sawah, mengerjakan kebun, memperbaiki jembatan, bikin usaha, tingkatkan ketrampilan, sambil sholat bareng-bareng. "
Dalam waktu tak lebih dari tiga tahun dusun itu berkembang makmur.
Nge 'baldah thayyibah', nge'qoryah thayyibah'.
(Emha Ainun Nadjib/Secangkir kopi Jon Pakir/Mizan/ PmBNetDok)
Kamis, 07 Agustus 2008
Kyai Jembatan
Jumat, 01 Agustus 2008
Hadis Kemanusiaan
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang hartanya ludes.”
Kata Rasulullah, “Sesungguhnya orang yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi dia pernah mencaci orang lain, mengambil harta orang lain, melukai orang lain, dan menyakiti orang lain. Maka, pahala (shalat, puasa, dan zakat [ibadah]) yang ia dapatkan akan diserahkan kepada orang-orang yang pernah ia zalimi. Jika pahalanya habis (untuk membayar dosa-dosa sosial yang pernah ia lakukan) maka dosa orang-orang itu akan diambil kemudian dibebankan kepadanya hingga ia tersungkur ke dalam neraka!” (HR. Muslim)
Dalam hadis ini Rasulullah menjelaskan makna al-muflis (orang yang bangkrut) dengan metode bertanya. Dalam dunia pend
Teks hadis itu keluar mengiringi sebuah konteks yang ada. Konteks keluarnya hadis ini adalah kondisi yang terjangkit oleh indikasi “t
Mengapa Rasulullah melontarkan pertanyaan itu? Tersirat sangat dalam bahwa hadis itu mengandung semangat menggeser paradigma masyarakat yang dihadapi oleh Rasulullah ketika itu. Pergeseran paradigma (paradigm shift) yang dimaksud adalah menyadarkan masyarakat agar t
Tanpa mengatakan kekeliruan jawaban para sahabat, Rasulullah langsung memberikan penjelasan lain tentang makna orang yang bangkrut. Dalam penjelasan ini ia menghentakkan kesadaran mereka bahwa yang dimaksud orang yang bangkrut adalah orang yang kehilangan pahalanya akibat kezaliman yang ia lakukan. Orang tersebut telah mendapatkan pahala dari ibadah-ibadah yang ia lakukan, baik shalat, puasa, dan zakat. Namun, karena sering melakukan kezaliman terhadap orang lain maka ia harus menanggung akibat yang sangat merugikan. Bukan hanya itu, ia bahkan harus menanggung dosa-dosa yang diambilkan dari orang-orang yang pernah ia zalimi karena pahalanya sudah t
Shalat, puasa, dan zakat yang disebut dalam hadis adalah simbol dari ibadah mahdhah (murni). Islam memang sangat menekankan hal ini. Ayat dan hadis terlalu banyak yang menyebutkannya dan menunjukkan konsekwensi bagi orang yang melakukannya dan orang yang meninggalkannya. Orang yang mengerjakan shalat, puasa, zakat dan lain-lain akan mendapatkan pahala dari Allah. Orang yang meninggalkan itu semua akan mendapatkan siksa dari-Nya. Berdasarkan bukti-bukti tekstual yang ada maka shalat, puasa, dan zakat memiliki hukum wajib untuk dikerjakan. Dalam disiplin ilmu ushul fikih, tiga hal ini masuk dalam kategori ma’lûm min al-dîn bi al-dharûrah (sesuatu yang status hukumnya sudah diketahui secara pasti dalam agama).
Motivasi hukum ini kemudian mendorong umat Islam untuk melakukannya dan takut meninggalkannya. Mereka menyadari bahwa kewajiban melakukan itu semua bersumber dari Tuhan. Jika mereka t
Logika transaksional-fertikal dalam pribadi seorang hamba ketika berhadapan dengan Tuhan melahirkan semangat egoisme. Satu
Dalam dunia kerja, seorang atasan akan mengalami kerugian yang amat besar jika memiliki anak buah yang bermental transaksional-fertikal dalam berinteraksi dengan dirinya. Anak buah macam ini akan menerapkan prinsip “asal bapak senang (ABS)” ketika berhadapan dengan atasan. Orang seperti ini dapat dipastikan melakukan tindak-tanduk yang merugikan secara horisontal. Ia t
Mungkinkah menjilat pada Tuhan? Mungkin sekali! Akan tetapi Tuhan bukan manusia. Tuhan t
Ibadah (agama) yang diajarkan oleh Allah kepada manusia sejatinya untuk kebaikan manusia, bukan untuk Tuhan. Kita yakin bahwa Tuhan mahakaya dan mahakuasa. Ibadah yang kita lakukan t
Salah satu misi Muhammad sebagai seorang Rasul adalah mengubah bentuk ibadah dan keyakinan masyarakat Mekah. Ketika itu, sebagaimana kita tahu, mereka menyembah berhala-berhala. Apa yang salah dari para penyembah berhala? Rugikah Tuhan karena mereka menyembah berhala? Sama sekali t
Islam datang menebarkan pesan tauh
Gagasan kemanusiaan (humanisme) terkandung begitu tegas dalam hadis di atas. Rasulullah mengeritik orang-orang yang terperangkap pada logika transaksional-fertikal dalam berhubungan dengan Tuhan. Orang-orang seperti ini cenderung mengabaikan hubungan kemanusiaan. Ada kecenderungan menganggap manusia t
Sehebat apa pun perilaku ibadah seseorang t